ANDAIKAN MAMAMU, ITU MAMAKU..........
Jihan dan Ningrum adalah gadis yang berusia sekitar 21 tahun. Mereka bekerja sebagai pelayan di sebuah kafe. Mereka bekerja dari pagi pukul delapan hingga pukul tujuh malam. Mereka menempati sebuah rumah kost dan kamar yang sama. Akan tetapi Ningrum lebih dulu bekerja di kafe itu, 6 bulan yang lalu. Sementara Jihan baru bekerja selama 2 bulan. Ningrum lebih bersikap dewasa dan terkesan terlalu banyak diam. Sedangkan Jihan terkadang masih tampak sikap kemanja-manjaan. Namun, karena usia yang sebaya, mereka mudah untuk berinteraksi dan menyesuaikan diri. Walau selama ini mereka hanya memperbincangkan hal-hal yang biasa saja.
Jam dinding di kamar kost menunjukkan pukul 20.30 wib. Malam itu hujan gerimis. Seperti biasa Ningrum akan segera tidur. Ketika hendak menarik selimut ia melihat Jihan masih berdiri di depan jendela, menatap gerimis. Sesekali mondar-mandir. Wajahnya jelas menggambarkan sesuatu. Ya. Suntuk.
Ningrum : “Hai Jihan ! Ada apa denganmu…? Tumben tuh mata masih melek. Mondar-mandir lagi…
Jihan : …….(Diam hanya menata Ningrum)
Ningrum : “ Malah bengong….., ada apa sih ?”
Jihan : “Aku bingung…….” (menata keluar jendela)
Ningrum : “Tentang apa..? Cowok…?”
Jihan : ………(menggeleng dan bersandar di dinding kamar)
Ningrum : “Lantas ? “
Jihan : “Mama……”
Ningrum : “ O……….”
Jihan : “ Mama menyuruhku pulang, Mama sakit.”
Ningrum : “ La kenapa bingung…? Ijin pulang donk….”
Jihan : “ Itu soal gampang. “
Ningrum : “ Susahnya….? “
Jihan : “ Aku malu pada Mama dan keluargaku…”
Ningrum : “ Mengapa…..? “
Jihan : (menatap Ningrum ) “ Aku yang membuat Mama sakit. Dua bulan ini aku kabur dari rumah. Aku tak suka Mama melarangku pacaran dengan Roy. Aku berantam sama Mama, sampai akhirnya aku di sini. Aku tak suka Mama melarangku pacaran dengan Roy. “
Ningrum : “ Siapa Roy…..? “
Jihan : “ Teman kuliahku. Dia tampan. Wah banyak sekali cewek kampus yang mengejarnya. Aku juga suka dia. Ternyata dia juga suka tuh denganku. Tapi…..(diam sejenak) “
Ningrum : “ Tapi apa ? “
Jihan : “ Dia pecandu berat. Terkadang suka ugal-ugalan. Mama tak suka aku bergaul dengan Roy, apalagi sampe pacaran. Mama takut aku ikut terjerumus bersamanya lebih dalam lagi. Entah mengapa aku tak suka Mama melarangku. Selama ini Roy baik padaku. Aku kan bukan anak kecil lagi yang harus selalu diatur !. Kedua abangku boleh memilih teman yang mereka suka……mengapa aku tidak? “
Ningrum : “ Kau anak perempuan satu-satunya ? “
Jihan : “ Iya, bahkan anak bungsu “
Ningrum : “ Bagaimana teman abang-abangmu ? “
Jihan : “ Sepertinya mereka memang baik “
Ningrum : “ Ada yang seperti Roy…? “
Jihan : “ Mereka kan cewek….”
Ningrum : “ Tingkahnya maksudku….”
Jihan : ………(menggeleng)
Ningrum : “ Pantas Mamamu melarangmu. Itu karena sayang sama anaknya. “
Jihan : “ Kalau sayang mengapa halangi kebahagiaan dan kesenanganku ?! “
Ningrum : “ Justru Mamamu menunjukkan jalan bahagia untukmu ! “
Jihan : “ Ah kau sok tahu ! “
Ningrum : “ Kurasa aku tahu ! “
Jihan : “ Karena Mamamu juga sepert itu ? Dan kau menurutinya ? Agar dianggap berbakti padanya ? lalu dapat dibanggakan ? “
Ningrum : “ Tak seperti yang kau sangka ……(menunduk) Aku benci Mamaku…”
Jihan : “ Kenapa ? Karena kau selalu diatur dan dilarang kan ? Hingga kau berantam dan kabur ? “ (tersenyum sinis )
Ningrum : “ Bukan ! Karena Mamaku, bukan Mamamu…..( menatap Jihan )
seperti Mamamu. Mama adalah orang yang menghancurkan hidupku. Dia orang yang jahat
Jihan : “ Maksudmu…? (berjalan mendekati Ningrum dan duduk di penggir ranjang ) “
Ningrum : “ Ya. Mamaku bukan Mama yang peduli terhadap masa depan anaknya, membuat masa depanku berantakan ! “
Jihan : “ Ningrum……”
Ningrum : “ Ya. Karena dia kesucianku telah hilang….”
Jihan : “ Bagaimana bisa terjadi ? “
Ningrum : “ Mama selalu gonta ganti pria setelah bercerai dari ayahku sepuluh tahun yang lalu. Aku anak tunggal dari pernikahan mereka. Entah apa yang membuat mereka bercerai, sampai sekarang aku tak tahu pasti. Aku ikut dengan Mama. Setelah bercerai Mama menikah untuk yang kedua kali. Namun pernikahan itu hanya berlangsung selama tiga tahun. Pernikahan mereka juga kandas, papa tiriku minggat. Kau tahu penyebabnya ? (menatap Jihan ). Karena Mama ketahuan berselingkuh dengan laki-laki lain. Setelah itu Mama menikah dengan laki-laki selingkuhannya. Sebenarnya aku malu punya Mama seperti dia, tapi aku berusaha menghormatinya karena dia orang yang telah melahirkanku (diam sejenak menghela nafas…).
Ningrum : “ Tapi suatu malam, hujan deras sekali. Aku tidur di kamar Mama karena Mama sedang keluar. Tengah malam…..aku tersentak kaget. Aku merasa ada tangan yang berusaha membuka bajuku. Kau tahu Jihan siapa itu……? “
Jihan : …………..(menggeleng )
Ningrum : “ Itu Mama dan suaminya……..”
Jihan : (dengan wajah yang begitu kaget ) “ Apa….?? “
Ningrum : “ Bukan hanya malam itu Jihan, tapi malam-malam berikutnya. Mereka tak merasa iba meski aku menangis dan meronta. Mereka menjadikan aku budak nafsu mereka. Aku pernah memohon pada Mama agar membujuk suaminya untuk tidak menikmati tubuhku….
Jihan : “ Dia kabulkan….? “
Ningrum : ( dengan tatapan kosong dan tersenyum sinis, getir ) “Jangankan dikabulkan….didengarkan pun tidak. Dia bilang…’nikmati saja….nanti juga terbiasa…’. Sakit sekali hati ini. Sampai suatu ketika aku hami. Aku kira Mama akan sadar dan menghentikan kejahatannya. Tetapi sebaliknya, mereka menyuruhku menggugurkan kandungan. Bayangkan Jihan..! Mama macam apa dia…? Pantaskah aku masih menaruh hormat dan memanggilnya Mama..? “
Jihan : “ Mengapa kau tak kabur saja…? “
Ningrum : “ Aku pernah mencoba tapi gagal. Mama selalu mengancam akan membunuhku jika aku berani kabur. Setelah aku pulih dari aborsi…Mama dan suaminya mulai membawaku ke diskotik-diskotik. Mereka memaksaku minum alcohol sampai akhirnya ke tempat-tempat pelacuran. Mereka menawarkanku pada laki-laki hidung belang. Ketika itu nasibku tak ubahnya seperti jajanan ringan yang dijajakan pemiliknya di mana saja. Sampai suatu saat ketika aku sudah tak tahan, aku kabur dari kamar sebuah hotel. Ketika laki-laki buaya yang bersamaku sedang berada di kamar mandi”
Jihan : “ Mengapa tak sejak dulu…? “
Ningrum : “ Karena selama itu mereka yang datang ke rumah Mama. Rumahku laksana tempat persinggahan manusia-manusia budak nafsu. Mama seolah germoku sendiri.”
Jihan : “ Kemana kau kabur…?”
Ningrum : “ Ke tempat Tanteku , setelah selama seminggu aku menggelandang di jalanan. Aku adukan semua perbuatan Mama sampai akhirnya mereka masuk penjara tiga tahun lalu. Selama lima tahun hidupku sudah berantakan, hancur ! Apa kau kira segitu hancurnya hidupmu ketika Mamamu melarang kau pacaran dengan Roy karena takut kau terjerumus ke lembah hitam ? Tidak kan..?? “
Jihan : …………(tertunduk menatap lantai kamar lalu kembali menoleh ke arah Ningrum ) “ Cerita benarkah barusan…..? “
Ningrum : “ Kau lihat ada kebohongan di wajahku ? “
Jihan : “ Mengapa kau terlihat biasa saja….maksudku kau tampak tenang seolah tak ada cerita kelam itu….”
Ningrum : “ Lalu aku harus apa….? Meratapi hidup……? Air mataku seraya kering bertahun-tahun memelas dan memohon kebebasan dari mereka. Atau aku harus dendam ? membunuhnya ? Aku tak ingin sama dengan mereka. Aku masih punya impian hidup lebih baik lagi. Walau aku tahu sebagai wanita aku ini sudah tak berharga, seperti sampah. Tapi itu semua bukan aku yang minta. Kuyakin Tuhan tahu itu. Aku juga jarang berhubungan dengan dunia laki-laki setelah itu. Apalagi merasakan pacaran sepertimu. Aku sadar aku terlalu kotor dan tak mungkin ada yang mau padaku. Tapi bukan berarti hidupku harus berakhir. Semangat dan dukungan dari keluarga tanteku yang membuatku bertahan. Sampai akhirnya aku di sini, mencari kerja dari rekan tante. Ya. Mungkin ini hidupku yang baru. Sampai akhirnya juga aku berjumpa denganmu. (diam sejenak…..) sebenarnya aku tak ingin cerita ini padamu. Aku tak ingin orang lain tahu masa laluku. Tapi ntah mengapa ketika kau bercerita tantang Mamamu dan masalahmu…..aku seolah tepancing. Pulanglah Jihan………(memegang kedua pundak Jihan ) Jangan kau sakiti hati Mamamu. Andai, Mamamu itu Mamaku…….aku akan bersyukur. Aku akan berbakti padanya. Aku akan menyenangkan hatinya, karena dia berusaha memberi yang terbaik untuk putrinya. Sayang…………., justru itu yang tak kuperoleh dari Mamaku. “
Jihan : “ Kau ingin jadi Ibu, Ning…? “
Ningrum : “ Tentu Jihan. Kurasa tak ada wanita yang tak ingin menjadi seorang Ibu termasuk kau. Aku selalu berdoa semoga suatu saat ada seorang laki-laki yang dapat menerimaku apa adanya dan masa laluku yang kelam itu. Aku juga ingin menjadi Ibu yang baik bagi anak-anakku nanti. Lupakanlah sangketa dengan Mamamu Jihan. Percayalah….dia pasti sangat menyayangimu. Kalau tidak, tak mungkin ia memintamu pulang. Lagi pula sayang kuliahmu…
Jihan : “ Ya Ningrum…..aku juga sangat menyayangi Mamaku. Besok aku akan ijin untuk pulang …
Meraka akhirnya berpelukan dan bergegas untuk tidur. Esok harinya Jihan mendapat ijin untuk cuti dua hari. Ningrum tak dapat mengantarnya ke terminal karena kafe padat pelanggan. Di parkiran kafe…
Ningrum : “ Hati-hati di jalan Han….. Salam buat Mama dan keluargamu .” (memeluk Jihan )
Jihan : “ Kau juga. Aku pasti akan memberi kabar nanti.”
Ningrum : “ Ya. Aku tunggu. “
Jihan bergegas ke jalan raya sebelumnya melambaikan tangan pada Ningrum yang menatap ke pergiannya di parkiran.
Dua minggu kemudian. Handphone Ningrum berdering….., Jihan memanggil.
Ningrum : “ Hai Jihan, apa kabar ? “
Jihan : (di sebrang….) “ Ya aku baik, kau juga kan ?”
Ningrum : “ Ya. Bagaimana Mamamu….?”
Jihan : “ Mama keadaannya semakin membaik. Maafkan aku baru memberimu kabar Ning.”
Ningrum : “ Ah tak apa. Kapan kau kembali..? ijinnya dua hari….kabarnya dua minggu….”
Jihan ; “ Ehm….Aku tak kembali Ning. Mama memintaku melanjutkan kuliah. “
Ningrum : “O…..”
Jihan : “ Tapi tiga hari lagi aku akan datang mengambil pakaianku, dan menyalammu “
Ningrum : “ Ya. Aku tunggu. Sudah ya banyak tamu datang……(melirik kea rah pelanggan yang baru datang…)”
Jihan : “ Ok. Sampai nanti “ (klik, Hp terputus )
Ningrum menatap Hp di tangannya. Entah mengapa raut wajahnya berubah. Sedih. Ya. Rasanya ia akan kahilangan teman lagi. Dan…..sepertinya rasa itu ada, iri.
di tulis oleh : Sweet Smile / Ika
0Awesome Comments!